Kepala Kotak
Kumpulan cerpen Kepala Kotak oleh Farihan Bahron menyajikan 15 buah cerpen yang ditulis dari 2017 hingga 2021. Tema-tema yang diangkat dalam kumpulan ini merangkumi pergelutan antara manusia dengan teknologi dan dunia masa depan.
Box Head (Literal translation)
The short story collection, Kepala Kotak by Farihan Bahron presents 15 stories written from 2017 to 2021. The conflict between man and technology is the main theme that binds these stories together.
![](/images/awards/slp/2022/fiction/Kepala_Kotak_Farihan_Bahron.jpg)
2021
Komen Panel Pengadil
Kumpulan Cerpen Kepala Kotak mengangkat persoalan pergelutan dan kebergantungan manusia kepada teknologi dan paparan masa depan terkait dengan teknologi. Misalnya beberapa cerpen memperlihatkan kisah dominasi teknologi dalam kehidupan manusia sehingga bukan sahaja peranan sebagai pembantu rumah dimainkan oleh robot, malah seorang suami juga adalah sebuah robot. Pasangan suami isteri yang tidak mempunyai cahaya nata juga diperlihatkan boleh membeli anak yang diingini dengan rupa wajah yang boleh ditentukan sendiri. Selain itu, kecanggihan dn penguasaan teknologi dalam permainan realiti maya, mengalih tumpuan manusia daripada soal kemanusiaan kepada dunia teknologi, sehingga akhirnya manusia mati dan peranannya diambil alih oleh pemain maya ciptaan manusia itu sendiri. Secara umumnya, karya ini merupakan kritikan pengarang terhadap dominasi unsur modenisasi dan teknologi terkini dalam kehidupan, yang diterima tanpa sempadan sehingga melunturkan nilai manusiawi.
Judges' Comments
Kepala Kotak is a collection of short stories that brings forth the question of humankind’s struggle with and dependence on technology, and the vision of a future connected to technology. For example, a few stories feature the dominance of technology in human life, with not only robots assuming the role of domestic helpers, but they can also function as husbands. Married couples who are childless can purchase children whose faces they can predetermine. In addition, the sophistication and mastery of technology in virtual reality games shift the human focus from humanitarian matters to those of technology until, finally, humans perish, and their roles are taken over by the virtual characters created by humans. Overall, this work is the author’s criticism of the dominance of elements of modernisation and the latest technology upon life that are accepted unfettered until they erode humanity.
ABOUT THE AUTHOR
![](/images/awards/slp/2022/author/Farihan_Bahron_Headshot.jpg)
Farihan Bahron
Farihan Bahron, penerima Anugerah Harapan 2017, pernah memenangi beberapa sayembara penulisan kreatif termasuk Peraduan Asah Bakat, dan Anugerah Pena Emas 2015- Puisi dan Cerpen Kumpulan sajak Farihan yang pertama, Tukang Tunjuk Telunjuk, memenangi Hadiah Sastera Singapura 2018 dan Anugerah Persuratan 2021 bagi kategori puisi Melayu.
Farihan Bahron
Farihan Bahron received the Anugerah Harapan in 2017. His works have won the Peraduan Asah Bakat and the Golden Point Award in 2015 for Poetry and Short Story categories. Tukang Tunjuk Telunjuk won the Singapore Literature Prize in 2018 and Anugerah Persuratan 2021 for the Malay poetry category.